Kamis, 19 April 2012

Pantun Komering

Sapu rua parikdik ...
Bih sumang opok pangkalan ...
Nyak miwang layon sobik ...
Horti layon bagian ...


Kartutu pandu pandu ...
Kutata ya mak mulang ...
Men niku mak haga radu ...
Kantu ku patarajang ...

Senin, 09 April 2012

Tugas Farmakognosi II



TUGAS FARMAKOGNOSI II

Clip







DISUSUN OLEH:
JUNPRIADI
NIM: 08.01.01.041

DOSEN PENGASUH:
Ema Ratna Sari, M.Farm, Apt


STIFI BHAKTI PERTIWI


I.                   Alkaloid dengan prekursor Ornithine
Contoh tanaman yang mengandung senyawa alakoid dengan prekursor Ornithine :
·        Bandotan
Bandotan, Ageratum conyzoidesDarmaga, Bogor
                    Bandotan, Ageratum conyzoides


Kerajaan:
Ordo:
Famili:
Bangsa:
Genus:
Spesies:
A. conyzoides

Ageratum conyzoides L.
Deskripsi :
Terna berbau keras, berbatang tegak atau berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,5-5 cm, terletak berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun bundar telur hingga menyerupai belah ketupat, 2-10 × 0,5-5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul dalam malai rata terminal. Bongkol 6-8 mm panjangnya, berisi 60-70 individu bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2-3 lingkaran daun pembalut yang lonjong seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan tabung sempit, putih atau ungu. Buah kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm; berambut sisik 5, putih.





Penyebaran dan ekologi :
Ageratum_conizoides_in_Narshapur_forest%252C_AP_W_IMG_0805
  
                                                                 
Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia.
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan.
Di luar Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat.
Manfaat :
Di Bogor, bandotan dikenal luas sebagai obat luka. Menurut Heyne, daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum.
Meski demikian, tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina.

Kandungan kimia :
Bandotan mengandung senyawa alkaloid dengan prekursor Ornithine dengan inti pyrolizidhine.




II.                Alkaloid dengan prekursor Tyrosine

Contoh tanaman yang mengandung senyawa alakoid dengan prekursor tyroshine :
·        Mengkudu




Klasifikasi ilmiah:
ü Kingdom              : Plantae
ü Ordo                     : Gentianales
ü Family                           : Rubiacea
ü Genus                            : Morinda
ü Spesies                           : Morinda citrifolia

Deskripsi :
ü Pohon                            :
Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun. Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk penopang tanaman lada.
ü Daun                    :
Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A.


ü Bunga                            :
Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena banyak mengandung vitamin A.

ü Buah                    :
Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik.
         

Kandungan mengkudu :
ü Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.
ü Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
ü Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
ü Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
ü Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif melawan sel-sel abnormal.
ü Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
Manfaat dari tanaman obat mengkudu :
1.     Melegakan penyakit sinus, asma, bronkitis dan ingus meleleh.
2.     Meredakan perut kembung, gastritis, mencret, muntah-muntah, masalah keracunan makanan.
3.     Menurunkan tekanan darah tinggi dan merendahkan kolesterol.
4.     Meredakan kencing manis, sakit kepala, migraine, sakit ginjal.
5.     Meredakan radang tenggorokan, sakit gusi, sakit gigi dan batuk. Ini mirip dengan jeruk nipis.
6.     Meredakan bisul, luka.
7.     Meredakan penyakit darah tinggi, betis kering bersisik, mengurangi penyakit batuk, penyakit kuning dan demam panas.
8.     Bagi wanita yang baru melahirkan, daun mengkudu dapat digunakan untuk mengecilkan rahim. Caranya dengan membalut daun mengkudu itu dengan kain dan dipanaskan.






III.             Alkaloid dengan prekursor Trypthophane
Contoh tanaman yang mengandung senyawa alakoid dengan prekursor tryptophane :
·        Kina ( Chinchona sp )
Klasifikasi tumbuhan :
·         Divisi : Spermatophyta
·         Sub divisi : Angiospermae
·         Kelas : Monocotyledonae
·         Keluarga : Rubiaceae
·         Genus : Chinchona
·         Spesies : Chinchona spp.

Deskripsi :
1.     C. succirubra : Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m, cabang berbentuk galah yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat dan pendek kemudian agak gundul dan berwarna merah. Daun letaknya berhadapan dan berbentuk elips, lama kelamaan menjadi lancip atau bundar, warna hijau sampai kuning kehijauan, daun gugur berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 – 12 pasang, agak menjangat, berbentuk galah, daun penumpu sebagian berwarna merah, sangat lebar. Ukuran daun panjang 24 – 25cm, lebar 17 –19cm. Kelopak bunga berbentuk tabung, bundar, bentuk gasing,
bergigi lebar bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong.
2.     C. calisaya : Letak daun berhadapan, bentuk bundar sungsang lonjong, panjang 8 –15cm, lebar 3 – 6cm, permukaan bagian bawah berbulu halus seperti beludru terutama pada daun yang masih muda, panjang tangkai 1 – 1.5cm. Daun penumpu lebih panjang dari tangkai daun, bila sudah terbuka daun penumpu akan gugur. Bunga bentuk malai, berbulu halus, bunga mengumpul di setiap ujung perbungaan, kelopak bentuk tabung dan bergigi pada bagian atasnya. Bunga bentuk bintang, berbau wangi dengan ukuran panjang 9mm, helaian mahkota bunga bagian dalam berwarna merah menyala, berbulu rapat dan pendek, panjang benang sari setengan bagian tabung bunga. Buah berwarna kemerahan bila masak, bentuk seperti trelur panjang 4mm dan bersayap.
3.     C. ledgeriana : Tinggi pohon antara 4 – 10m, cabang bentuk segi empat, berbulu halus atau lokos. Daun elip sampai lanset, bagian pangkal lancip dan tirus, ujung daun lancip dan jorong, helaian tipis, berwarna ungu terang tetapi daun muda berwarna kemerahan, tangkai daun tidak berbulu, berwarna hijau atau kemerahan, panjang tangkai 3 – 6mm. Ukuran daun panjang 25.5 – 28.5cm, lebar 9 – 13cm, namun adakalanya panjang 7cm dan lebar 2cm. Daun penumpu bundar sampai lonjong panjang 17 – 32mm dan tidak berbulu. Mahkota bunga berwarna kuning agak putih dan berbau wangi, bentuk melengkung dengan ukuran panjang 8 – 12mm. Panjang malai 7 – 18cm dan gagang segi empat sangat pendek dan berbulu rapat. Kelopak bunga bentuk limas sungsang 3 – 4mm, tabung tebal ditutupi bulu warna putih, tabung mahkota bunga bagian luarnya berbulu pendek tapi bagian dalamnya gundul dengan 5 sudut. Tangkai sari tidak ada. Buah lanset sampai bulat telur dengan ukuran panjang 8 – 12mm dan lebar 3 – 4mm. Biji lonjong sampai lanset panjang 4 – 5mm.
Manfaat tanaman :
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini antara lain adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik.
          Kandungan Kimia :
          Kina mengandung senyawa alkaloid dengan prekursor tryptophane.



IV.            Alkaloid dengan prekursor Pyridine
Contoh tanaman yang mengandung senyawa alakoid dengan prekursor tryptophane :
·        Ceguk
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/gambar/ceguk.jpg
Nama latin : Quisqualis indica L
Nama daerah: Dani; Udani; Wudani; Bidani; Kacekluk; Cekluk; Wedani; Saradengan; Tikao.
Habitat: Tumbuh di dataran rendah dalam semak belukar dan sebagai tanaman pagar.
Deskripsi:
Tanaman membelit ke kiri atau memanjat, tinggi 1,5-5 m. Daun berhadapan atau lebih kurang berkarang, juga tersebar; tangkai 0,5--2 cm; helaian bulat telur memanjang, 5-18,5 kali 2,5-9 cm. Bunga di ujung dan di ketiak dalam bulir yang berbunga banyak; daun pelindung rontok sebelum mekar atau tetap, sampai panjang 2 cm. Bunga berkelamin 2. Tabung kelopak langsung, berambut pendek, hijau kuning; taju kelopak 5, segitiga, panjang 3-4 mm. Daun mahkota 5, duduk, bentuk memanjang, mula-mula putih, kemudian merah, akhirnya merah tua, sampai 1,5 cm panjangnya. Benang sari 10. Tangkai putik panjang, pada satu sisi bersatu dengan tabung kelopak, bersama benang sari muncul jauh di luar mahkota. Buah bentuk memanjang, dengan pangkal dan ujung menyempit, dengan 5 rusuk, coklat tua, 2,5--4 kali 1 cm. Hanya dalam daerah kultur; 1-300 m. Agaknya tanaman yang menjadi liar; juga ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat-obatan. Catatan: Buah di Jawa jarang. Bagian yang Digunakan Biji dan daun.
Sinonim : Quisqualis sinensis Lindl. Quisqualis vilosa Roxb.

Family : Combretaceae.


Sifat kimiawi :
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, yaitu : 
·        Buah matang : Potassium quisqualata, lemak jenuh, trigonelline dan puridine.
·        Kulit buah dan daun : Potassium quisqualata.
·        Bunga : Cyanidinemonoglycoside.
·        Daun dan tangkai : Tanin, saponin, sulfur, calsium oksalat, lemak, peroksidase, protein.

Efek farmakologis :
Tumbuhan ini bersifat manis, hangat, beracun(toksik).

Bagian tanaman yang digunakan :
Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan biji, buah masak kering, akar dan daun.

Penyakit yang dapat disembuhkan dan cara penggunaannya :
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
·        Oxyuriasis (cacing kremi). Biji digongseng sampai matang, dimakan dengan dikunyah ½ jam sebelum makan. Anak kecil 3-15 biji/ hari, dewasa 15 -30 biji/ hari, untuk 3 kali makan selama 15 hari.
·        Ascariasis (cacing gelang). Untuk anak-anak gerus 3-5biji, makan. Akar 2 jari direbus dengan 2 cangkir air, tambahkan sedikit gula jawa, sampai tersisa satu cangkir. Minum pagi hari sebelum makan.
·        Ankylostomiasis (cacingtambang). Biji ceguk dicuci bersihlalu digiling halus. Seduh dengan air panas ½ cangkir dan 1 sendok makan madu, hangat-hangat diminum malam hari sebelum tidur.
·        Sakit kepala. Daun dilumatkan dan dipakai sebagai tapal pada pelipis.
·        Sakit telinga. Daun bersih ditumbuk dan diperas, air perasannya untuk tetes telinga.
·        Penyakit jamur di kulit. Buah digiling halus, tambahkan minyak kelapa, balurkan di tempat sakit.
·        Untuk penyakit-penyakit : Berat badan kurang dan gangguan pencernaan pada anak. Becek pada wanita. Perut kembung pada disentri. Radang ginjal. Gunakan 30 – 60 gr daun, direbus, saring, minum. 










V.               Alkaloid dengan prekursor Lysine
·        Lidah buaya
Nama latin: 
Aloe vera Linn.
Nama daerah: 
Lidah buaya; Ilat boyo; Letah buaya; Jadam
Deskripsi tanaman:
Tanaman perdu basah, batangnya bengkok berbaring sebesar jempol. Daun panjangnya 15 cm, tepinya berduri, kaku dan mengandung banyak getah, tebal dan mudah dibelah, empulurnya berwarna hijau dengan lendir liat. Kulit daun rasanya sangat pahit. Bunga berbentuk tongkol, warnanya jingga.
Habitat: 
Tumbuh liar di tempat yang berhawa panas.
Bagian tanaman yang digunakan:
Daging daun
Kandungan kimia:
 Barboloin; Isobarboloin; Betabarboloin; Damar.
Khasiat: 
Anti inflamasi; Laksatif; Stomakik; Ekspektoran.
Nama simplesia:
Succus Aloe inspissatus

Manfaat lidah buaya :
Tanaman lidah buaya (Aloevera) yang kini telah mulai dibudidayakan ternyata begitu sarat manfaat. Selain khasiatnya yang sejak dulu telah dikenal sebagai penyubur rambut, tanaman berlendir ini ditenggarai dapat diracik menjadi obat HIV/AIDS. Kandungan dalam lidah buaya yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh diperkirakan dapat menghambat kerja virus HIV dengan menstimulasi sistem kerja kekebalan tubuh penderitanya.
Selain itu, tanaman ini juga terbukti juga dapat membantu merawat dan mencegah infeksi lambung dan usus. Walaupun penelitian lebih lanjut mengenai keampuhan lidah buaya sebagai obat HIV/AIDS masih terus dilangsungkan, namun efektifitas tanaman berlendir ini sebagai tanaman yang sangat bermanfaat untuk kesehatan telah lama diakui peneliti maupun masyarakat umum.
         
          Budidaya:
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih, maupun setek batang. Sekarang sudah tersedia bibit hasil kultur jaringan
Tanah berdrainase baik, subur dengan bahan organik tinggi. Pengairan cukup

Pembibitan:        
Anakan yang telah cukup besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari tanaman induk (ditangkarkan). Anakan akan muncul dari tanaman induk pada usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan ini sangat penting dilakukan agar tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembibitan dari anakan dapat dilakukan di bedengan atau di polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan dengan membuat bedengan berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan akar bibit tidak terganggu. Bibit yang terganggu perkembangan akarnya akibat tanah yang keras tidak akan tumbuh berkembang. Sebelum ditanami bibit, bedengan ditaburi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per bedeng dan diaduk secara merata. Penaburan kapur pertanian dianjurkan untuk mengurangi serangan cendawan. Penambahan urea sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk merangsang pertumbuhan bibit.
Sedangkan pembibitan di polibag, bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk kandang 1 : 1 atau 1 : 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per polibag tiap dua minggu. Setelah itu polibag ditaruh di tempat yang cukup teduh namun masih terkena sinar matahari.
Saat awal pembibitan merupakan tahap dimana kebutuhan air harus diperhatikan. Bibit mungkin akan berwarna kemerah-merahan karena belum beradaptasi dengan lingkungan. Dengan pengairan yang cukup, seminggu setelah pembibitan, bibit akan menunjukkan pertumbuhan normal/pulih dari stres lingkungan akibat pemisahan dari induk. Pengairan yang berlebihan harus dicegah karena bibit mudah busuk akibat serangan cendawan pada keadaan lembab. Bibit yang terserang cendawan sebaiknya dibuang agar tidak menular dan tanah disekelilingnya dibuang.

Penanaman di Lahan:
Bibit sudah siap ditanaman di lapangan setelah berumur sekitar satu bulan (satu bulan setelah bumbungan/penangkaran). Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang sekitar 1,5 kg per lubang tanam atau sekitar 20 sampai 30 ton per hektar. Jarak tanam yang dipakai 80 cm x 80 cm atau 80 cm x 70 cm secara zig-zag. Pupuk dasar yang digunakan adalah 10 g urea, 8 g SP-36 dan 9 g KCl per lubang tanaman. Pemberian pupuk susulan dilakukan tiap 3 bulan sebanyak 10 g urea dan 9 g KCl. Pemeliharaan:
Penyulaman di lahan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu setelah tanam), yakni dengan cara mengganti tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya dengan tanaman baru. Penyiangan (pembersihan gulma) dilakukan sesuai kebutuhan, yaitu ketika pertumbuhan gulma mulai banyak dan mengganggu tanaman. Penyiangan pada tanaman lidah buaya sangat penting dilakukan karena peertumbuhan gulma yang cenderung pesat dan menganggu tanaman.
Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kekuningan dan daun yang terserang penyakit perlu dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang akan menyebabkan busuk akibat serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan ketika lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan). Pengairan yang telat akan menyebabkan tanaman layu dan daun berubah warna kuning kemerahan yang memerlukan waktu agar pulih kembali.

Hama dan Penyakit:
Hama yang menyerang lidah buaya relatif sedikit. Terkadang ulat atau belalang menyerang daun lidah buaya. Pada keadaan lembab sering juga ditemui hama yang menyerang akar dan batang lidah buaya, terutama saat pembibitan. Sedangkan penyakit yang menyerang terutama busuk basah akibat cendawan/bakteri pada daun. Penyemprotan pestisida hanya dilakukan bila serangan hama dan penyakit cukup mengganggu.