Haii brooo ...
Udah lama gak posting neh. Kali ne jun mau berbagi buat teman-teman dari komering atau dari luar komering yang mau download lagu daerah komering yang berjudul "Di Unggak Ijan". Dalam bahasa Indonesia "Di Unggak Ijan" mempunyai arti "Di Atas Tangga". Lagu ini menceritakan tentang seorang cewek yang menunggu kekasihnya dari atas tangga.
Langsung saja, buat teman-teman yang mau download tinggal klik link di bawah ini:
(Download di sini)
Junpriadi's Blog
Selasa, 26 Juni 2012
Kamis, 19 April 2012
Pantun Komering
Sapu rua parikdik ...
Bih sumang opok pangkalan ...
Nyak miwang layon sobik ...
Horti layon bagian ...
Kartutu pandu pandu ...
Kutata ya mak mulang ...
Men niku mak haga radu ...
Kantu ku patarajang ...
Bih sumang opok pangkalan ...
Nyak miwang layon sobik ...
Horti layon bagian ...
Kartutu pandu pandu ...
Kutata ya mak mulang ...
Men niku mak haga radu ...
Kantu ku patarajang ...
Kamis, 12 April 2012
Rabu, 11 April 2012
Senin, 09 April 2012
Tugas Farmakognosi II
TUGAS FARMAKOGNOSI II
DISUSUN
OLEH:
JUNPRIADI
NIM:
08.01.01.041
DOSEN
PENGASUH:
Ema
Ratna Sari, M.Farm, Apt
STIFI BHAKTI PERTIWI
I.
Alkaloid dengan
prekursor Ornithine
Contoh tanaman yang
mengandung senyawa alakoid dengan prekursor Ornithine :
·
Bandotan
Bandotan,
Ageratum
conyzoides
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Deskripsi :
Terna berbau keras, berbatang tegak atau
berbaring, berakar pada bagian yang menyentuh tanah, batang gilig dan berambut jarang, sering
bercabang-cabang, dengan satu atau banyak kuntum bunga majemuk yang terletak di
ujung, tinggi hingga 120 cm. Daun-daun bertangkai, 0,5-5 cm, terletak
berseling atau berhadapan, terutama yang letaknya di bagian bawah. Helaian daun
bundar telur hingga menyerupai belah
ketupat,
2-10 × 0,5-5 cm; dengan pangkal agak-agak seperti jantung, membulat atau meruncing; dan ujung
tumpul atau meruncing; bertepi beringgit atau bergerigi; kedua permukaannya
berambut panjang, dengan kelenjar di sisi bawah.
Bunga-bunga dengan kelamin yang sama berkumpul
dalam bongkol rata-atas, yang selanjutnya (3 bongkol atau lebih) terkumpul
dalam malai rata terminal. Bongkol 6-8 mm panjangnya, berisi 60-70 individu
bunga, di ujung tangkai yang berambut, dengan 2-3 lingkaran daun pembalut yang
lonjong seperti sudip yang meruncing. Mahkota dengan
tabung sempit, putih atau ungu. Buah kurung (achenium) bersegi-5, panjang lk. 2 mm;
berambut sisik 5, putih.
Penyebaran dan ekologi :
Tumbuhan ini menyebar luas di
seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah
menyebar luas di Indonesia.
Bandotan sering ditemukan sebagai
tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan
wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga
sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya,
gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan.
Di luar Indonesia, bandotan juga
dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia
Tenggara,
Australia, serta di Amerika
Serikat.
Manfaat :
Di Bogor, bandotan dikenal luas sebagai obat
luka. Menurut Heyne, daun tumbuhan ini diremas-remas, dicampur dengan kapur, dioleskan pada luka yang masih
segar. Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara
ekstrak daunnya untuk obat mata yang panas. Akar yang ditumbuk dioleskan ke
badan untuk obat demam; ekstraknya dapat diminum.
Meski demikian, tumbuhan ini juga
memiliki daya racun. Di Barat, bandotan juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian lain
menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina.
Kandungan
kimia :
Bandotan
mengandung senyawa alkaloid dengan prekursor Ornithine dengan inti
pyrolizidhine.
II.
Alkaloid dengan
prekursor Tyrosine
Contoh tanaman yang
mengandung senyawa alakoid dengan prekursor tyroshine :
·
Mengkudu
Klasifikasi ilmiah:
ü Kingdom :
Plantae
ü Ordo :
Gentianales
ü Family :
Rubiacea
ü Genus :
Morinda
ü Spesies :
Morinda citrifolia
Deskripsi :
ü Pohon :
Pohon
mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang bengkok-bengkok,
berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang tertancap dalam. Kulit batang
cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tidak
berbulu,anak cabangnya bersegai empat. Tajuknya suklalu hijau sepanjang tahun.
Kayu mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk
penopang tanaman lada.
ü Daun :
Berdaun
tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun
besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x
5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak.
Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek,
berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga
lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena
banyak mengandung vitamin A.
ü Bunga :
Berdaun
tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan. Ukuran daun
besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran 15-50 x
5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk pasak.
Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun pendek,
berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga
lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi karena
banyak mengandung vitamin A.
ü Buah :
Kelopak
bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang
berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal
(segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna
hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih
transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk
piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging buah mengkudu banyak
mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau itu timbul karena
pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa lipid atau lemak yang
gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat seperti minyak atsiri) yang
berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak enak. Diduga kedua senyawa
ini bersifat aktif sebagai antibiotik.
Kandungan mengkudu :
ü Zat
nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap.
Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, viamin, dan mineral
penting, tersedia dalm jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium,
salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang
hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine,
plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra
quinines, trace elemens, phenylalanine, magnesium, dll.
ü Terpenoid.
Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh.
ü Zat
anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat
mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens
morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat
anti bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti
Salmonella montivideo, S . scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S
. flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus.
ü Scolopetin.
Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan anti-alergi.
ü Zat
anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu paling efektif
melawan sel-sel abnormal.
ü Xeronine
dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah
mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi
banyak mengandung bahan pembentuk (precursor) xeronine alias proxeronine dalam
jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid
lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang
tidak aktif, mengatur struktur dan bentuk sel yang aktif.
Manfaat
dari tanaman obat mengkudu :
1. Melegakan
penyakit sinus, asma, bronkitis dan ingus meleleh.
2. Meredakan
perut kembung, gastritis, mencret, muntah-muntah, masalah keracunan makanan.
3. Menurunkan
tekanan darah tinggi dan merendahkan kolesterol.
4. Meredakan
kencing manis, sakit kepala, migraine, sakit ginjal.
6. Meredakan
bisul, luka.
7. Meredakan
penyakit darah tinggi, betis kering bersisik, mengurangi penyakit batuk,
penyakit kuning dan demam panas.
8. Bagi
wanita yang baru melahirkan,
daun mengkudu dapat digunakan untuk mengecilkan rahim. Caranya dengan membalut
daun mengkudu itu dengan kain dan dipanaskan.
III.
Alkaloid dengan
prekursor Trypthophane
Contoh tanaman yang
mengandung senyawa alakoid dengan prekursor tryptophane :
·
Kina ( Chinchona
sp )
Klasifikasi tumbuhan :
·
Divisi : Spermatophyta
·
Sub divisi :
Angiospermae
·
Kelas : Monocotyledonae
·
Keluarga : Rubiaceae
·
Genus : Chinchona
·
Spesies : Chinchona
spp.
Deskripsi :
1. C.
succirubra : Tanaman berupa pohon dengan tinggi hingga 17m, cabang berbentuk
galah yang bersegi 4 pada ujungnya, mula-mula berbulu padat dan pendek kemudian
agak gundul dan berwarna merah. Daun letaknya berhadapan dan berbentuk elips,
lama kelamaan menjadi lancip atau bundar, warna hijau sampai kuning kehijauan,
daun gugur berwarna merah. Tulang daun terdiri dari 11 – 12 pasang, agak
menjangat, berbentuk galah, daun penumpu sebagian berwarna merah, sangat lebar.
Ukuran daun panjang 24 – 25cm, lebar 17 –19cm. Kelopak bunga berbentuk tabung,
bundar, bentuk gasing,
bergigi lebar bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong.
bergigi lebar bentuk segitiga, lancip. Bunga wangi, bentuk bulat telur sampai gelendong.
2. C.
calisaya : Letak daun berhadapan, bentuk bundar sungsang lonjong, panjang 8
–15cm, lebar 3 – 6cm, permukaan bagian bawah berbulu halus seperti beludru
terutama pada daun yang masih muda, panjang tangkai 1 – 1.5cm. Daun penumpu
lebih panjang dari tangkai daun, bila sudah terbuka daun penumpu akan gugur.
Bunga bentuk malai, berbulu halus, bunga mengumpul di setiap ujung perbungaan,
kelopak bentuk tabung dan bergigi pada bagian atasnya. Bunga bentuk bintang,
berbau wangi dengan ukuran panjang 9mm, helaian mahkota bunga bagian dalam
berwarna merah menyala, berbulu rapat dan pendek, panjang benang sari setengan
bagian tabung bunga. Buah berwarna kemerahan bila masak, bentuk seperti trelur
panjang 4mm dan bersayap.
3. C.
ledgeriana : Tinggi pohon antara 4 – 10m, cabang bentuk segi empat, berbulu
halus atau lokos. Daun elip sampai lanset, bagian pangkal lancip dan tirus,
ujung daun lancip dan jorong, helaian tipis, berwarna ungu terang tetapi daun
muda berwarna
kemerahan, tangkai daun tidak berbulu, berwarna hijau atau kemerahan, panjang
tangkai 3 – 6mm. Ukuran daun panjang 25.5 – 28.5cm, lebar 9 – 13cm, namun
adakalanya panjang 7cm dan lebar 2cm. Daun penumpu bundar sampai lonjong
panjang 17 – 32mm dan tidak berbulu. Mahkota bunga berwarna kuning agak putih
dan berbau wangi, bentuk melengkung dengan ukuran panjang 8 – 12mm. Panjang
malai 7 – 18cm dan gagang segi empat sangat pendek dan berbulu rapat. Kelopak
bunga bentuk limas sungsang 3 – 4mm, tabung tebal ditutupi bulu warna putih,
tabung mahkota bunga bagian luarnya berbulu pendek tapi bagian dalamnya gundul
dengan 5 sudut. Tangkai sari tidak ada. Buah lanset sampai bulat telur dengan
ukuran panjang 8 – 12mm dan lebar 3 – 4mm. Biji lonjong sampai lanset panjang 4
– 5mm.
Manfaat tanaman :
Kulit kina banyak
mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di antara alkaloid
tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine untuk penyakit
malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain dari kulit kina ini
antara lain adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare, dan tonik.
Kandungan
Kimia :
Kina
mengandung senyawa alkaloid dengan prekursor tryptophane.
IV.
Alkaloid dengan
prekursor Pyridine
Contoh tanaman yang
mengandung senyawa alakoid dengan prekursor tryptophane :
·
Ceguk
Nama latin : Quisqualis indica L
Nama daerah: Dani; Udani; Wudani; Bidani;
Kacekluk; Cekluk; Wedani; Saradengan; Tikao.
Habitat: Tumbuh di dataran rendah dalam
semak belukar dan sebagai tanaman pagar.
Deskripsi:
Tanaman membelit ke kiri atau memanjat, tinggi 1,5-5 m. Daun berhadapan atau lebih kurang berkarang, juga tersebar; tangkai 0,5--2 cm; helaian bulat telur memanjang, 5-18,5 kali 2,5-9 cm. Bunga di ujung dan di ketiak dalam bulir yang berbunga banyak; daun pelindung rontok sebelum mekar atau tetap, sampai panjang 2 cm. Bunga berkelamin 2. Tabung kelopak langsung, berambut pendek, hijau kuning; taju kelopak 5, segitiga, panjang 3-4 mm. Daun mahkota 5, duduk, bentuk memanjang, mula-mula putih, kemudian merah, akhirnya merah tua, sampai 1,5 cm panjangnya. Benang sari 10. Tangkai putik panjang, pada satu sisi bersatu dengan tabung kelopak, bersama benang sari muncul jauh di luar mahkota. Buah bentuk memanjang, dengan pangkal dan ujung menyempit, dengan 5 rusuk, coklat tua, 2,5--4 kali 1 cm. Hanya dalam daerah kultur; 1-300 m. Agaknya tanaman yang menjadi liar; juga ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman obat-obatan. Catatan: Buah di Jawa jarang. Bagian yang Digunakan Biji dan daun. |
Sinonim : Quisqualis sinensis Lindl. Quisqualis vilosa
Roxb.
|
Family : Combretaceae.
|
|
|
Sifat
kimiawi :
Tumbuhan ini kaya dengan
berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, yaitu :
·
Buah matang : Potassium quisqualata, lemak jenuh, trigonelline dan
puridine.
·
Kulit buah dan daun :
Potassium quisqualata.
·
Bunga : Cyanidinemonoglycoside.
·
Daun dan tangkai : Tanin,
saponin, sulfur, calsium oksalat, lemak, peroksidase, protein.
Efek farmakologis :
Tumbuhan ini bersifat manis, hangat,
beracun(toksik).
Bagian tanaman yang digunakan :
Efek farmakologi ini diperoleh dari
penggunaan biji, buah masak kering, akar dan daun.
Penyakit
yang dapat disembuhkan dan cara penggunaannya :
Berdasarkan berbagai literatur yang
mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah,
tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
·
Oxyuriasis (cacing kremi). Biji digongseng sampai matang,
dimakan dengan dikunyah ½ jam sebelum makan. Anak kecil 3-15 biji/ hari,
dewasa 15 -30 biji/ hari, untuk 3 kali makan selama 15 hari.
·
Ascariasis (cacing gelang). Untuk anak-anak gerus 3-5biji, makan.
Akar 2 jari direbus dengan 2 cangkir air, tambahkan sedikit gula jawa, sampai
tersisa satu cangkir. Minum pagi hari sebelum makan.
·
Ankylostomiasis (cacingtambang). Biji ceguk dicuci bersihlalu digiling
halus. Seduh dengan air panas ½ cangkir dan 1 sendok makan madu, hangat-hangat
diminum malam hari sebelum tidur.
·
Sakit kepala. Daun dilumatkan dan dipakai sebagai tapal pada pelipis.
·
Sakit telinga. Daun bersih ditumbuk dan diperas, air perasannya untuk tetes telinga.
·
Penyakit jamur di kulit. Buah digiling halus, tambahkan minyak
kelapa, balurkan di tempat sakit.
·
Untuk penyakit-penyakit : Berat badan kurang dan gangguan pencernaan
pada anak. Becek pada wanita. Perut kembung pada
disentri. Radang ginjal. Gunakan 30 – 60 gr daun, direbus, saring, minum.
V.
Alkaloid dengan
prekursor Lysine
·
Lidah buaya
Nama latin:
Aloe vera Linn.
Nama daerah:
Lidah buaya; Ilat boyo; Letah buaya;
Jadam
Deskripsi tanaman:
Tanaman perdu basah, batangnya bengkok
berbaring sebesar jempol. Daun panjangnya 15 cm, tepinya berduri, kaku dan
mengandung banyak getah, tebal dan mudah dibelah, empulurnya berwarna hijau
dengan lendir liat. Kulit daun rasanya sangat pahit. Bunga berbentuk tongkol,
warnanya jingga.
Habitat:
Tumbuh liar di tempat
yang berhawa panas.
Bagian
tanaman yang digunakan:
Daging daun
Kandungan
kimia:
Barboloin; Isobarboloin; Betabarboloin; Damar.
Khasiat:
Anti inflamasi; Laksatif;
Stomakik; Ekspektoran.
Nama
simplesia:
Succus Aloe inspissatus
Manfaat lidah buaya :
Tanaman lidah buaya (Aloevera) yang kini
telah mulai dibudidayakan ternyata begitu sarat manfaat. Selain khasiatnya yang
sejak dulu telah dikenal sebagai penyubur rambut, tanaman berlendir ini
ditenggarai dapat diracik menjadi obat HIV/AIDS. Kandungan dalam lidah buaya
yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh diperkirakan dapat menghambat
kerja virus HIV dengan menstimulasi sistem kerja kekebalan tubuh penderitanya.
Selain itu, tanaman ini juga terbukti
juga dapat membantu merawat dan mencegah infeksi lambung dan usus. Walaupun
penelitian lebih lanjut mengenai keampuhan lidah buaya sebagai obat HIV/AIDS
masih terus dilangsungkan, namun efektifitas tanaman berlendir ini sebagai
tanaman yang sangat bermanfaat untuk kesehatan telah lama diakui peneliti maupun masyarakat umum.
Budidaya:
Pembiakan dapat dilakukan
melalui anakan (umum dilakukan), benih, maupun setek batang. Sekarang sudah
tersedia bibit hasil kultur jaringan
Tanah berdrainase baik,
subur dengan bahan organik tinggi. Pengairan cukup
Pembibitan:
Anakan yang telah cukup
besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari tanaman induk (ditangkarkan).
Anakan akan muncul dari tanaman induk pada usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan
ini sangat penting dilakukan agar tanaman lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembibitan dari anakan
dapat dilakukan di bedengan atau di polibag. Pembibitan di bedengan dapat
dilakukan dengan membuat bedengan berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut
kebutuhan dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Bedengan harus benar-benar remah
agar pertumbuhan akar bibit tidak terganggu. Bibit yang terganggu perkembangan
akarnya akibat tanah yang keras tidak akan tumbuh berkembang. Sebelum ditanami
bibit, bedengan ditaburi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per
bedeng dan diaduk secara merata. Penaburan kapur pertanian dianjurkan untuk
mengurangi serangan cendawan. Penambahan urea sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa
dilakukan untuk merangsang pertumbuhan bibit.
Sedangkan pembibitan di
polibag, bisa dilakukan dengan media tanah dicampur pupuk kandang 1 : 1 atau 1
: 2 dan ditambahkan NPK 5 gram per polibag tiap dua minggu. Setelah itu polibag
ditaruh di tempat yang cukup teduh namun masih terkena sinar matahari.
Saat awal pembibitan
merupakan tahap dimana kebutuhan air harus diperhatikan. Bibit mungkin akan
berwarna kemerah-merahan karena belum beradaptasi dengan lingkungan. Dengan
pengairan yang cukup, seminggu setelah pembibitan, bibit akan menunjukkan
pertumbuhan normal/pulih dari stres lingkungan akibat pemisahan dari induk.
Pengairan yang berlebihan harus dicegah karena bibit mudah busuk akibat
serangan cendawan pada keadaan lembab. Bibit yang terserang cendawan sebaiknya
dibuang agar tidak menular dan tanah disekelilingnya dibuang.
Penanaman di Lahan:
Bibit sudah siap
ditanaman di lapangan setelah berumur sekitar satu bulan (satu bulan setelah
bumbungan/penangkaran). Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah diberi pupuk
kandang sekitar 1,5 kg per lubang tanam atau sekitar 20 sampai 30 ton per
hektar. Jarak tanam yang dipakai 80 cm x 80 cm atau 80 cm x 70 cm secara
zig-zag. Pupuk dasar yang digunakan adalah 10 g urea, 8 g SP-36 dan 9 g KCl per
lubang tanaman. Pemberian pupuk susulan dilakukan tiap 3 bulan sebanyak 10 g
urea dan 9 g KCl. Pemeliharaan:
Penyulaman di lahan
dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu setelah tanam), yakni dengan
cara mengganti tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya dengan tanaman
baru. Penyiangan (pembersihan gulma) dilakukan sesuai kebutuhan, yaitu ketika
pertumbuhan gulma mulai banyak dan mengganggu tanaman. Penyiangan pada tanaman
lidah buaya sangat penting dilakukan karena peertumbuhan gulma yang cenderung
pesat dan menganggu tanaman.
Daun-daun bagian bawah
yang telah berwarna kekuningan dan daun yang terserang penyakit perlu dibuang.
Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang akan menyebabkan busuk
akibat serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan ketika lahan terlihat
kering (lama tidak turun hujan). Pengairan yang telat akan menyebabkan tanaman
layu dan daun berubah warna kuning kemerahan yang memerlukan waktu agar pulih
kembali.
Hama dan Penyakit:
Hama yang menyerang lidah
buaya relatif sedikit. Terkadang ulat atau belalang menyerang daun lidah buaya.
Pada keadaan lembab sering juga ditemui hama yang menyerang akar dan batang
lidah buaya, terutama saat pembibitan. Sedangkan penyakit yang menyerang
terutama busuk basah akibat cendawan/bakteri pada daun. Penyemprotan pestisida
hanya dilakukan bila serangan hama dan penyakit cukup mengganggu.
Langganan:
Postingan (Atom)